Posts

Rabu di Mei Pertama

Kepadamu yang aku perhatikan diam-diam. Terimakasih sudah mampir dan hadir. Terimakasih sudah bersedia memberi warna baru pada ruang yang mulai usang. Terimakasih pada cela yang kau sediakan. Fikirku aku layak untuk itu. Ada banyak harap yang aku titipkan pada tiap kalimat-kalimat doa. .. Semesta sepertinya cukup puas membiarkan waktu bermain. Hari-hari berlalu membuatku merasa bahwa kau dan aku pantas disebut “kita”. Namun sepertinya semesta tak sependapat dengan waktu, apalagi dengan harapku. Semuanya berhenti disana, dan berhenti begitu saja .. Entah kecewa macam apa yang aku rasa. Entah sakit macam apa yang sedang mendera hingga pilu benar-benar menyelimutiku. Aku diam, sendiri. Mencari pada titik apa hingga aku membuatmu memilih pergi. Di bagian mana aku melukis warna yang akhirnya membuatmu memilih berhenti. .. Aku menyimpanmu rapat-rapat di dasar hatiku. Agar tak satupun orang dapat menemukannya. Entah itu kau, aku, atau siapapun yang bukan di antara kita. Cukup dan tepat rasaku

Kutipan Bahagia

Ini tentang dia yang melukis cerita baru di hidupku Terimakasih ucapku padamu Terimakasih telah menjadikanku alasanmu berjuang Terimakasih karena telah memilihku, diantara hawa lain yang menunggu Terimakasih telah bertengkar dan berdebat denganku, aku suka itu Terimakasih karena telah memarahiku, saat kau tau aku keras kepala Terimakasih karena telah mengingatkan ku, agar tak terlalu sering minum kopi. Katamu, nanti lambungku bocor. Hahaa, aku suka saat kau khawatir Terimakasih telah bertahan sejauh ini Maaf, ucapku lagi di penghujung celotehanku Maaf, karena aku tidak selalu mengerti Maaf, jika terkadang sikapku yang mengganggu Aku terlalu takut kehilangan. Hingga membuatku berfikir keras tentang mu. Maksudku lebih tepatnya tentang kita Dariku, yang mengagumimu~

MENANTIMU

Aku menantimu, menembus kabut dipagi hari Selagi menyambut cahaya matahari Mencatat ratusan juta melodi Yang diam-diam beranjak pergi Berapa bunga telah mekar, bersama ku di pagi ini Pintaku padanya, temani aku sampai kau kembali Tapi dia berjuta kali kuncup dan layu bersamaku Layaknya duri yang memintaku berhenti Perlahan, awan-awan bergerak meninggalkanku Sendiri, disini melawan sepi, dan ku masih menanti Tetes-tetes hujan berjatuhan di atas kursi itu, aku masih menantimu Membasahiku dan mencoba menutup bola mataku Aku menantimu, melewati rintihan hujan itu Dan muncul diantaranya untuk ku Fikirku jika rintihan hujan ini berhenti Dan awan-awan itu pergi, kau akan berada disini Dan tak ada, kau tak ada, dan ku sendiri Kau, yang telah ditunggu begitu lama

Akhir Cerita

Image
Kali ini sungguh aku tak tahu harus mulai dari mana kalimatku. Apa aku harus mulai dari semua kebahagiaan kemarin? Atau langsung saja pada akhir yang  menyedihkan? Karena kau tahu, saat ini aku rapuh…. Kemarin, sebelum entah apa yang terjadi padamu semua terlihat baik-baik saja. Kau baik, aku baik, dan kita tetap baik. Kau tahu, kemarin aku merasa betapa hebatnya doaku telah membuat batu itu perlahan melebur. Kau tahu, betapa bahagianya aku ketika batu itu perlahan membuka hatinya untuku. Dan kau tahu, aku sangat bersyukur untuk itu. Tapi sepertinya perlahan aku tahu, dimanja belum tentu dicinta. Ternyata batu itu tetaplah batu dan tidak lebur sama sekali. Namun fikirku, lalu selama ini apa yang terjadi? Apa sesuatu hal yang tidak sengaja? Atau disengaja, hanya untuk membuat keadaan terlihat baik-baik saja? Kau tahu, kemarin fikirku aku mampu mengubah mendungmu. Aku mampu masuk ke dalam kehidupanmu. Tapi benar, memang sulit adanya.. Bukan ku tak sanggup untuk bertahan, buka

Egoiskah Hati?

Image
Dulu saat aku memilih hatimu, ada sesuatu hal yang membuatku mengalah dan lebih memilih pergi tanpa berjuang untuk apapun. Lalu saat ini aku diminta untuk memilihmu lagi, tanpa harus memikirkan untuk menjaga perasaan oranglain yang juga sama mengharapkanmu. Apakah saat ini aku disebut egois? Apakah saat ini dimatamu aku terlalu egois? Jika hati mengharapkan sesuatu yang membuatnya bahagia, apakah hati bersalah? Jika hati memilih hati lain yang mampu membuatnya tersenyum, apakah hati bersalah? Jika hati memilih kisahnya yang walaupun dia akan terluka untuk memperjuangkan kisah itu, apakah dia bersalah? Jika kau bertanya, untuk apa hati memilih luka. Hati tidak pernah memilih untuk terluka, ia jugak tak akan pernah memilih untuk menangis dibanding tawa. Tapi jika ia memilih bahagia dan cara untuk mencapainya adalah menangis, maka ia harus menangis. Lalu, kau masih berfikiran ia bersalah? Hati akan berjuang selagi ia bisa, hati akan bertahan selama ia mampu. Ia 'kan perjuangka

Melepas dan bertahan

Image
Ketika aku sedang berada di depan Televisi dengan beberapa cemilan, aku akan sulit untuk beranjak dari tempatku. Walaupun sebenarnya pada saat itu aku sangat membutuhkan sesuatu yang akan membuatku merasa lebih baik, dan mendapatkan yang jauh lebih baik. Karena ketika aku ataupun kau sudah mulai nyaman dengan suatu keadaan, akan sulit untuk berhenti pada kenyamanan itu dan pergi. Namun, sampai kapan aku akan bertahan pada keadaan yang semakin lama semakin menyiksa ku, semakin terasa bahwa aku bahkan tidak pantas berada di situasi ini. Di sisi lain, alasan untuk melepas situasi ini tidak cukup kuat dibandingkan dengan alasanku untuk bertahan. Lalu dimana letak kesalahanku? Bagaimana aku harus memperbaiki situasi ini?  Sungguh situasi ini akan semakin memburuk jika aku bertahan, namun untuk melepaspun aku belum cukup kuat. Situasi ini sangat menyiksa dan sangat membingungkan. Namun hal ini akan terus menggangguku jika aku terus mengikuti arusnya. Aku akan terjatuh dan akan terpe