Akhir Cerita

Kali ini sungguh aku tak tahu harus mulai dari mana kalimatku. Apa aku harus mulai dari semua kebahagiaan kemarin? Atau langsung saja pada akhir yang menyedihkan? Karena kau tahu, saat ini aku rapuh….

Kemarin, sebelum entah apa yang terjadi padamu semua terlihat baik-baik saja. Kau baik, aku baik, dan kita tetap baik.

Kau tahu, kemarin aku merasa betapa hebatnya doaku telah membuat batu itu perlahan melebur. Kau tahu, betapa bahagianya aku ketika batu itu perlahan membuka hatinya untuku. Dan kau tahu, aku sangat bersyukur untuk itu.

Tapi sepertinya perlahan aku tahu, dimanja belum tentu dicinta. Ternyata batu itu tetaplah batu dan tidak lebur sama sekali.
Namun fikirku, lalu selama ini apa yang terjadi? Apa sesuatu hal yang tidak sengaja? Atau disengaja, hanya untuk membuat keadaan terlihat baik-baik saja?
Kau tahu, kemarin fikirku aku mampu mengubah mendungmu. Aku mampu masuk ke dalam kehidupanmu. Tapi benar, memang sulit adanya..

Bukan ku tak sanggup untuk bertahan, bukan ku menyerah begitu saja. Namun kau tahu, saat ini semuanya berubah.
Saat ini, setelah entah apa yang terjadi padamu semua jauh dari kata baik-baik saja. Kau berubah, aku sendiri, dan tak ada lagi kita.

Tak sedikitpun aku tahu apa yang sebenarnya terjadi, kemarin bahkan hari ini. Tak sedikitpun aku tahu, apa sebenarnya aku bagimu kemarin bahkan hari ini.

DEAR BATU~
Terimakasih untuk bahagiamu kemarin, aku bahagia. Terima kasih atas hadirmu yang selalu membuatku tersenyum. Aku akan tetap seperti ini. Tak perduli apapun yang terjadi. Tak perduli bagaimanapun kau dan sikapmu. Maaf, jika kau merasa aku bagian dari lumut-lumut kotor yang hinggap di hidupmu.

Maaf…. Karena bagaikan hujan yang jatuh, aku tak bisa memutuskan untuk siapa aku jatuh hati. Maaf, karena lumutpun begitu. Lumut tak bisa memilih, pada batu mana ia akan tinggal.

Saat ini aku akan berdamai dengan sikapmu, berdamai dengan rasa sakit, berdamai dengan hati, dan berdamai dengan luka. Agar semua yang sulit, terlihat baik-baik saja.

Comments

Popular posts from this blog

Rabu di Mei Pertama

Kutipan Bahagia

Egoiskah Hati?