Melepas dan bertahan

Ketika aku sedang berada di depan Televisi dengan beberapa cemilan, aku akan sulit untuk beranjak dari tempatku. Walaupun sebenarnya pada saat itu aku sangat membutuhkan sesuatu yang akan membuatku merasa lebih baik, dan mendapatkan yang jauh lebih baik. Karena ketika aku ataupun kau sudah mulai nyaman dengan suatu keadaan, akan sulit untuk berhenti pada kenyamanan itu dan pergi.

Namun, sampai kapan aku akan bertahan pada keadaan yang semakin lama semakin menyiksa ku, semakin terasa bahwa aku bahkan tidak pantas berada di situasi ini. Di sisi lain, alasan untuk melepas situasi ini tidak cukup kuat dibandingkan dengan alasanku untuk bertahan.

Lalu dimana letak kesalahanku? Bagaimana aku harus memperbaiki situasi ini?  Sungguh situasi ini akan semakin memburuk jika aku bertahan, namun untuk melepaspun aku belum cukup kuat.
Situasi ini sangat menyiksa dan sangat membingungkan. Namun hal ini akan terus menggangguku jika aku terus mengikuti arusnya.

Aku akan terjatuh dan akan terperangkap sendiri, dan bahkan akan merasa tidak berguna. Sedangkan hal itu tidak boleh terjadi.

Dengan penuh kesadaran dan kesabaran, aku memberikan kebebasan pada hati untuk memilih melepas ataupun bertahan. Karena jujur, logikaku sudah tak sejalan lagi dengan hatiku. Maka biarlah, hati bertahan selama ia mampu, mengeluh di saat ia lelah, menangis saat ia merasa diabaikan, tersayat untuk membuatnya mengerti arti berjuang, dan akhirnya ia akan lelah pada waktunya. Ia akan berhenti jika memang waktunya berhenti, ia akan melepas jika memang waktunya untuk melepas harapan.

Aku tak akan memaksanya untuk melakukan segala hal egois yang ku punya. Aku tidak akan lagi membuatnya merasa tertekan akan segala keluhanku yang tidak berguna. Aku akan membiarkan ia melakukan apapun untuk menjawab pertanyaannya sendiri. Karena aku percaya ia memiliki sabarnya sendiri, dan memiliki lelahnya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Rabu di Mei Pertama

Kutipan Bahagia

Egoiskah Hati?